CeritaRakyat Melayu : Si Jangoi. Si Jangoi merupakan salah satu cerita rakyat Melayu yang cukup terkenal di daerah Kepulauan Riau, khususnya daerah Kota Penyengat yang cukup bersejarah. Di dalam Sejarah Kerajaan Riau-Lingga, Pulau Penyengat diketahui merupakan hadiah Mas Kawin dan Sultan Mahmud kepada Engku Putri atau Raja Hamidah. RAKDIGITAL PSS SMK LABUAN menerbitkan Koleksi Cerita Pendek Bahasa Melayu pada 2020-08-02. Baca versi flipbook dari Koleksi Cerita Pendek Bahasa Melayu. Muat turun halaman 1-21 di FlipHTML5. SoemanHasiboean. Soeman Hasiboean ( EYD: Suman Hasibuan; lahir di Bengkalis, Riau, 4 April 1904 - meninggal di Pekanbaru, Riau, 8 Mei 1999 pada umur 95 tahun), [2] [3] atau yang lebih dikenal dengan nama pena -nya Soeman Hs, adalah seorang pengarang Indonesia yang diakui karena mempelopori penulisan cerita pendek dan fiksi detektif dalam Vay Tiền Nhanh. Sejak kecil lagi, masyarakat kita sudah biasa diceritakan dengan himpunan cerita-cerita rakyat yang sarat dengan pengajaran dan nilai-nilai kami sebut beberapa kisah rakyat ini, mesti korang mula mengimbau dan terkenang zaman kanak-kanak dulu. Sastera rakyat ini juga dibahagikan kepada beberapa kategori iaitu mitos, mistik, kisah haiwan, pahlawan, dongeng, komedi dan cerita-cerita rakyat yang popular adalah seperti berikut1. Bawang Merah Bawang PutihBukan hanya di Malaysia, kisah Bawang Putih Bawang Merah ini juga mendapat perhatian di Indonesia apabila kisah ini juga turut dijadikan sinetron di tentang dua beradik perempuan yang berlainan ibu, Putih, anak perempuan yang bersifat lemah-lembut dan sopan santun kepada orang tua, manakala Merah pulak anak perempuan yang bersikap kurang ajar dan ini mengajar supaya kita sentiasa menghormati orang yang lebih tua dan segala perbuatan jahat akan dibalas Si TanggangPernah juga difilemkan, cerita rakyat ini meninggalkan kesan sehingga ada saja ibu bapa yang memberikan contoh kepada anak mereka sekiranya menderhaka kepada orang mengenai Tanggang yang hidup suah bersama ibunya mula lupa diri apabila dia berhijrah dan bekerja di atas kapal. Tambah pula apabila dia berjaya memikat anak gadis orang kaya pemilik kapal derhaka ini berasa malu dengan keadaan ibunya dan mengaku bahawa ibunya sudah meninggal dunia. Apa lagi, si ibu pun menyumpah anaknya menjadi batu. Tragis kan?3. Hikayat Sang KancilIni adalah antara kisah popular yang telah dikomersialkan dalam bentuk buku dan visual. Hikayat ini mempunyai kira-kira 20 buah cerita dan menceritakan tentang sang kancil yang memperdaya binatang lebih besar kerana kesombongan mereka dengan menggunakan kebijaksanaan yang ada mesti tahu punya kisah-kisah sang kancil ni kan?4. Pak Pandir dan rakan-rakanPak Pandir, Pak Kadok, Lebai Malang dan Si Luncai adalah satu kumpulan cerita jenaka dalam sebuah buku bertajuk “Cherita Jenaka” yang diterbitkan pada tahun nak yang versi moden, pelajar Ijazah Sarjana Muda Teater dan Pengurusan Industri Kreaif semester akhir, Fakulti Filem, Teater & Animasi, UiTM Kampus Puncak Perdana akan menampilkan sebuah pementasan teater berkonsep fantasi Pandir Sebuah Muzikal mengisahkan pengembaraan Pak Pandir bersama kambingnya dal am menyelamatkan Mak Andih yang telah diculik oleh Ratu Labah-Labah. Pengembaraan ini diiringi dengan 17 buah lagu macam best je. Kalau korang nak tahu, teater ini juga menampilkan finalis Top 10 Hero Remaja 2017, Aziq Mukhriz yang turut sama menjayakan pementasan lagi geng Aziq, jom sama-sama support hero kesayangan korang ni dalam Teater Pak Pandir Sebuah Muzikal bermula 4 Mei 2018 hingga 6 Mei mendapatkan tiket, korang boleh semak di instagram pakpandirsebuahmuzikal Jakarta - Provinsi Riau yang terletak di tengah pantai timur Pulau Sumatra punya beragam kekayaan budaya termasuk bahasa daerah. Bahasa daerah Riau sama seperti lainnya memiliki fungsi sebagai alat komunikasi bagi masyarakat satu bahasa daerah Riau yakni bahasa Melayu Riau yang memiliki beberapa dialek berdasarkan geografis. Dikutip dari buku Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu Riau, dialek bahasa Melayu Riau dapat dibagi menjadi dua bagian yakni yang dipakai penduduk di daerah Riau daratan dan kepulauan dari Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia, bahasa Melayu yang dituturkan di daerah Riau daratan terdiri atas satu dialek yaitu dialek Pesisir. Sementara wilayah kepulauan yang kini jadi provinsi sendiri mencapai 24 dialek tersebut yaitu 1 dialek Pesisir, 2 dialek Kundur, 3 dialek Bintan-Karimun, 4 dialek Pecong, 5 dialek Karas-Pulau Abang, 6 dialek Malang Rapat-Kelong, 7 dialek Mantang Lama, 8 dialek Rejai, 9 dialek Posek, 10 dialek Merawang, 11 dialek Berindat-Sebelat, 12 dialek Arung Ayam, 13 dialek Kampung Hilir, 14 dialek Pulau laut, 15 dialek Ceruk, 16 dialek Pangkil, 17 dialek Sanglar, 18 dialek Binjai, 19 dialek Bandarsyah, 20 dialek Tanjungpala, 21 dialek Pemping, 22 dialek Kampung Bugis, 23 dialek Kelumu, dan 24 dialek bahasa daerah Riau - Kumpol artinya kumpul- Turon artinya turun- Musoh artinya musuh- Maen artinya main- Lup artinya lupa- Kabo artinya kabur- Hade artinya hadir- Lempa artinya lempar- Mondo artinya mundurBahasa Melayu pun disebut merupakan cikal bakal bahasa Indonesia. Ki Hajar Dewantara pernah mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dalam Kongres Pengajaran Kolonial pada 1916, jauh sebelum Indonesia dari situs Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan salah satunya menyatakan bahasa Indonesia berasal dari bahasa sebenarnya masyarakat di Provinsi Riau tak semuanya merupakan penutur bahasa Melayu. Dikutip dari laman Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia, ada empat bahasa daerah lain yang memiliki banyak penutur di . Bahasa BanjarBahasa Banjar di Riau memiliki empat dialek yaitu dialek Pekan Kamis, dialek Simpang Gaung, dialek Sungai Raya-Sungai Piring, dan dialek Teluk Jira. Bahasa banjar dituturkan di 10 daerah di Provinsi Riau yaitu Desa Pekan Kamis, Kecamatan Tembilahan Hulu, Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Desa Sungairaya, Kelurahan Sungaipiring, Kecamatan Batang Tuaka, Desa Telukjira, Kecamatan Tempuling, dan Kabupaten Indragiri Bahasa BatakBahasa Batak juga bahasa yang digunakan di provinsi Riau. Bahasa Batak dengan dialek Mandailing dituturkan di Kabupaten Rokan Bahasa BugisBahasa Bugis dituturkan di Desa Tekulai Bugis, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragirihilir; Desa Pulaukecil, Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragirihilir, dan Desa Sungai Sebesi, Kabupaten Bahasa MinangkabauBahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah di Riau yang dituturkan di Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singigi Kuansing, Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten Minangkabau di Provinsi Riau terdiri atas lima dialek, yaitu dialek Rokan, dialek Kampar, dialek Basilam, dialek Indragiri, dan dialek Kuantan. Simak Video "Polyglot Indonesia, Rahasia Bicara Banyak Bahasa" [GambasVideo 20detik] pal/pal Cerita rakyat adalah bagian dari sastra tradisional yang pada mulanya wujud secara lisan. Sebagai sebuah bentuk sastra lisan, cerita rakyat bersemayam dalam ingatan masyarakat pendukungnya. Di masa lampau, cerita rakyat biasanya disampakan oleh orang tua kepada anak-anaknya sebagai pengantar tidur, atau oleh tukang cerita kepada khalayaknya. Di dalam masyarakat Melayu di Riau, cerita rakyat memiliki fungsi sosio-kultural yang sangat penting. Fungsi-fungsi tersebut di antaranya yaitu 1 identitas suatu kelompok; 2 perekam sejarah atau asal-usul suatu kelompok; 3 media penyampai pesan-pesan moral fungsi pendidikan; 4 sebagai hiburan atau pelipur lara; 5 proyeksi keinginan yang terpendam; dan, 6 protes sosial. Dapat dikatakan bahwa cerita rakyat merupakan bagian penting dalam kelangsungan kebudayaan masyarakat Melayu. Selain sebagai perekam ingatan komunal, cerita rakyat juga menjalankan peran komunikasi antar generasi, sekaligus sebagai sarana pewarisan nilai-nilai kearifan tradisional. Oleh karena itu, inventarisasi cerita rakyat merupakan bagian penting dalam upaya pelestarian kebudayaan. Di dalam perkembangannya cerita rakyat yang bersifat lisan sudah pula diwujudkan dalam bentuk tertulis. Beberapa contoh sastra lisan yang dituangkan sebagai sastra tertulis adalah lakon-lakon yang ditulis dan dipentaskan oleh seniman Tenas Effendi dan Temul Amsal pada pertengahan tahun 1970-an dan 1980-an, yang merupakan reproduksi mitos dan legenda rakyat Melayu di Riau, hingga GP Ade Dharmawi yang menulis Syair Rokan Hilir 2005. Selain itu, telah banyak pula cerita rakyat yang dibukukan oleh para penulis Riau seperti Cerita Rakyat Daerah Riau IDKD, 1980/1991; Cerita Rakyat Daerah Riau IDKD, 1986/1987; Cerita Rakyat Daerah Riau, jilid I, II dan III BPKD, 1975; Sastra Lisan Melayu Riau Melayulogi, 1986/1987. Beberapa kabupaten juga sudah mengumpulkan dan menerbitkan cerita rakyat, seperti sekedar menyebutkan sebuah contoh Kumpulan Cerita Rakyat Kota Dumai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Dumai; 2004. Baru-baru ini Yayasan Bandar Seni Raja Ali Haji juga menerbitkan kumpulan cerita Sang Ular Legenda Asal Nama Desa Sanglar 2006 disunting oleh Alang Rizal, yang merupakan hasil sayembara menulis cerita rakyat. Persoalan dari berbagai upaya itu antara lain kurangnya publikasi dan distribusi yang menjangkau masyarakat luas. Dokumentasi yang sudah dilakukan dan dibukukan itu kebanyakan tersimpan tak terurus di gudang-gudang perkantoran. Berbagai pihak perorangan seperti yang dilakukan oleh Syamsuddin karyanya Cerita Rakyat dari Riau Grasindo, Kelompok Kompas Gramedia; 1995 terdiri dari beberapa jilid. Bahkan, karya-karya BM. Syamsuddin telah beberapa kali dicetak ulang. Selain itu, beberapa pengarang Riau modern juga menghasilkan karya-karya kreatif berdasarkan cerita rakyat seperti Hasan Junus, Taufik Ikram Jamil, Ediruslan Pe Amanriza, Sudarno Mahyuddin, sampai ke Syaukani Al Karim. Para penulis Riau yang sudah membukukan dan mengumpulkan cerita rakyat juga cukup banyak, antara lain Tenas Effendy, Dasri Al Mubary, Elmustian Rahman, Abdul Jalil, Sudirman Shomary, Herman Mazkar, Alang Rizal, Fakhri, Ramon Damora, Derichard H. Putra, Syaiful Anuar dan seterusnya. Juga sudah disusun Direktori Sastra Lisan Elmustian, dkk. 2004. Meski begitu, masih banyak juga yang belum dibukukan. Elmustian dkk. sudah mengumpulkan lebih dari 200-an buah cerita asal-usul yang belum lagi diterbitkan, dan masih banyak lagi yang lainnya yang masih tersimpan pada ingatan para pendukung cerita rakyat di pelosok Riau. Dewasa ini, keberadaan cerita rakyat dalam bentuk aslinya yaitu lisan mulai terancam oleh perkembangan. Modernisasi mempengaruhi orientasi kehidupan masyarakat yang semula berbasis komunalitas menuju kepada individualitas. Hal ini diperburuk pula oleh khalayak penyimak yang makin sedikit. Sarang atau kantong tradisi cerita rakyat juga terjejas oleh akselerasi pembangunan ekonomi yang kapitalistik. Hal ini menyebabkan cerita rakyat kehilangan khalayaknya. Pengaruh modernitas juga telah mendorong orang lebih memilih hal-hal yang praktis seperti menonton televisi, dibandingkan harus bercerita atau mendongeng. Cerita rakyat yang dituturkan oleh pencerita spesialis maupun orang awam mulai tergantikan sandiwara radio atau sinetron. Karna semakin jarang di sampaikan, cerita rakyat pun cenderung dilupakan. Inilah tantangan yang dihadapi dalam upaya pelestarian sastra lisan, khususnya cerita rakyat. Meskipun sulit untuk mengembalikannya pada keadaannya semula, bukan berarti tidak ada upaya yang bisa dilakukan untuk pelestariannya. Apa yang dilakukan oleh para penulis sebagaimana disebutkan di atas, adalah sebagian dari upaya pelestarian cerita rakyat. Transpormasinya ke dalam alat-alat kelisanan baru, seperti radio, televisi, dan lain-lain juga cukup signifikan mempertahankan keberadaan cerita rakyat tersebut. Dalam rangka itu pulalah maka dilakukan inventarisasi cerita rakyat di Provinsi Riau. Takrif dan KonsepCerita rakyat, seperti yang disiratkan dengan sebutannya, merupakan tradisi lisan yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat. Cerita rakyat hadir dalam bentuk prosa maupun puisi. Cerita rakyat berbentuk prosa terbagi dalam tiga bagian besar yaitu mite, legenda, dan dongeng Willian R. Bascom dalam Danandjaya 1991. Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan suci oleh yang empunya cerita. Tokoh-tokoh cerita di dalam mite adalah dewa-dewa dan manusia setengah dewa yang berlatar kehidupan di masa lampau. Mite umumnya mengisahkan proses suatu kejian alam, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk khas topografi, gejala alam, dsb. Serupa dengan mite, legenda juga dianggap sebagai cerita yang benar-benar terjadi namun tidak dianggap suci. Latar kejadiannya tidak begitu lampau dan terjadi di dunia seperti yang kita diami. Legenda seringkali juga disebut sebagai sejarah’ kolektif Danandjaya, 1991. Ceritanya berkisar pada suatu tokoh atau peristiwa tertentu yang dianggap penting oleh komunitasnya. Cerita rakyat yang tergolong sebagai legenda adalah epik, sage, cerita sejarah dan cerita asal-usul nama tempat. Cerita dalam kategori legenda ini memiliki potensi perkembangan yang luas. Cerita-cerita baru dapat muncul dalam suatu komunitas ketika ada peristiwa atau tokoh-tokoh yang mereka anggap penting dalam kehidupan mereka. Sedangkan dongeng merupakan cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu dan tempat. Dongeng dimaksudkan terutama untuk hiburan. Cerita dongeng tidak hanya berkisar pada dunia manusia tetapi juga dunia binatang dan tumbuhan yang dimanusiakan’. Berdasarkan objeknya dongeng dapat dipilah lagi menjadi cerita lipur lara, cerita teladan, cerita binatang, dan cerita jenaka. Cerita lipur lara biasanya berkisah mengenai kehidupan sehari-hari dan mengandung unsur kepedihan dan kesengsaraan. Cerita teladan merupakan cerita yang kental dengan pesan moral. Cerita binatang adalah cerita yang tokoh-tokoh utamanya adalah binatang. Sedangkan cerita jenaka yakni cerita yang sifatnya menggelitik, sehingga memancing orang untuk tertawa. Cerita rakyat dalam bentuk puisi dan puisi liris pada umumnya disajikan dengan dinyanyikan. Di Riau, contoh cerita rakyat ini adalah Nyanyi Panjang, Koba, Syair, dan kayat. Isi ceritanya beragam, mencakup kategori mite yaitu asal-usul suatu kelompok yang mendiami suatu tempat Nyanyi Panjang dan Koba, legenda, dan dongeng. Beberapa ciri khusus cerita rakyat yaitu 1 berisi cerita yang mengisahkan suatu kelompok, seorang tokoh, suatu tempat, atau suatu peristiwa; 2 memakai bahasa logat setempat; 3 tanpa pengarang; 4 disebarkan dan diwariskan secara lisan; 5 memiliki bentuk berumus atau berpola, misalnya pada kalimat pembuka biasanya memakai “konon…” atau “pada zaman dahulu kala…”, dst.; 6 berlatar kebudayaan masyarakat tempat cerita tersebut berkembang; 7 penyampaiannya biasanya bersifat bebas dan interaktif, sehingga cerita rakyat selalu mengalami kebaruan ekstemporisasi setiap kali disampaikan; 7 sebagian dibawakan oleh tukang cerita pada kesempatan-kesempatan khusus, dan sebagian lagi dapat dibawakan kapan saja oleh siapapun yang menguasainya. RujukanDerichard H. Putra, dkk. 2007. Cerita Rakyat Daerah Riau. Pekanbaru Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Rahman, dkk. 2004. Direktori Sastra Lisan. Pekanbaru Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Danandjaja. 1991. Foklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dll. Jakarta PT. Pustaka Utama Grafiti.

cerita pendek dalam bahasa melayu riau